cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science, Education,
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Dipterokarpa" : 8 Documents clear
FAKTOR EKSPLOITASI JENIS DIPTEROCARPACEAE (Shorea spp.) DI KALIMANTAN TIMUR Sukanda Sukanda
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2008.2.1.1-10

Abstract

Faktor eksploitasi merupakan perbandingan volume kayu yang dimanfaatkan terhadap volume aktual batang yang seharusnya dapat dimanfaatkan. Dengan  diketahuinya faktor eksploitasi perusahaan akan dapat merencanakan dan mengawasi produksi kayu yang akan dihasilkan. Tulisan ini menyajikan bagian batang yang seharusnya dapat dimanfaatkan dari pangkal batang hingga batas cabang pertama. Volume batang yang seharusnya dimanfaatkan adalah volume  batang yang dapat diangkut hinga log pond atau tempat pemasaran. Informasi yang akurat dari faktor eksploitasi sangat diperlukan dalam perencanaan seperti halnya dalam mengontrol proses dari jalur produksi log. Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor eksploitasi jenis kayu kapur (Dryobalanops sp.) adalah 0.83, markabang (Shorea sp.) sebesar 0.78, majau (Shorea palembanica) sebesar 0.84, meranti kuning (Shorea gibbosa) sebesar 0.78, meranti merah (Shorea acuminata) sebesar 0.75, meranti putih (Shorea javanica) sebesar 0.83 dan mersawa (Anisoptera costata) sebesar 0.80. Dalam kaitannya dengan kelas diameter faktor eksploitasi untuk kelas diameter 60-69 cm sebesar  0.79, kelas diameter  70-79 cm sebesar 0.82, kelas diameter  80-89 cm sebesar 0.79 dan kelas diameter  > 90 cm sebesar 0.81. Rata-rata faktor eksploitasi dari  Dipterocarpaceae sebesar 0.80.
STRUKTUR DAN POTENSI DIPTEROCARPACEAE PADA VARIASI UMUR TEGAKAN HUTAN BEKAS TEBANGAN Farida Herry Susanty
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2008.2.1.59-72

Abstract

Dipterocarpaceae merupakan kelompok terpenting jenis pohon niagawi dari hutan hujan tropis, khususnya di Kalimantan.  Saat ini, sebagian besar hutan hujan telah menjadi hutan bekas tebangan.  Satu pertanyaan relevan adalah apakah hutan bekas tebangan berisi cukup dipterokarpa hingga rotasi tebang berikutnya.  Penelitian ini menjawab pertanyaan tersebut dengan menguji potensi Dipterokarpa pada hutan bekas tebangan dari berbagai umur pada 4 IUPHHK di Kalimantan Timur.  Penelitian ini dilaksanakan pada periode 2003 – 2006.  Data dikumpulkan dari plot temporer  berukuran 100m x 100m (satu hektar) pada setiap hutan bekas tebangan  dan seluruh pohon berdiameter >20cm diukur.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum hutan bekas tebangan masih memiliki struktur yang bagus menyerupai struktur hutan alam.  Kerapatan pohon Dipterokarpa mencapai 40%, tetapi mencapai lebih dari 50% bila berdasarkan nilai luas bidang dasar.
KOMPOSISI FLORISTIK VEGETASI SETELAH TEBANGAN DI AREAL HUTAN PRODUKSI TERBATAS Farida Herry Susanty
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2008.2.1.11-24

Abstract

Hutan hujan tropis dicirikan dengan tingginya keragaman dalam komposisi spesies dan bervariasi berdasarkan demensi dan distribusi umur pohon.  Informasi karteristik ini perlu untuk pengembangan perencanaan pengelolaan hutan.  Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mempelajari komposisi flora hutan bekas tebangan umur 2, 5 dan 8 tahun.  Komposisi flora termasuk kekayaan species, tingkat keragaman, tingkat dominasi dan kemerataan jenis.  Lebih lanjut, tingkat kesamaan vegetasi hutan bekas tebangan dan hutan primer juga diperbandingkan. Penelitian ini dilaksanakan di Long Bagun, Kalimantan Timur.  Hasil penelitian menunjukan bahwa kekayaan species meningkat sejalan dengan umur hutan bekas tebangan dan setiap umur memiliki tingkat keragaman yang berbeda.   Species utama dari seluruh umur adalah Dipterocarpaceae, Lauraceae, Gutiferae, Ebenaceae dan Euphorbiaceae.  Hutan bekas tebangan berkecenderungan memiliki derajat kemerataan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan hutan primer.  Derajat kesamaan yang paling tinggi adalah antara hutan tebangan berumur 2 tahun dan hutan primer, sedangkan yang paling rendah antara hutan bekas tebangan umur 5 dan 8 tahun.  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keragaman  komposisi flora berkecenderungan lebih tinggi sejalan dengan bertambahnya umur hutan bekas tebangan
PERTUMBUHAN TANAMAN Shorea roxburghii (TALURA) PADA UMUR 6 TAHUN DI SEMOI, KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA, KALIMANTAN TIMUR Ayi Suyana; Abdurachman Abdurachman
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2008.2.1.73-82

Abstract

Mengingat begitu  banyak jenis  dalam suku dipterocarpaceae, memilih beberapa species yang berpotensi untuk dikembangkan sangat bermanfaat bagi para praktisi dalam usaha membangun hutan tanaman dalam skala industry.   Shorea roxburghii G. Don tidak tumbuh alami di Kalimantan.  Namun demikian, jenis ini adalah satu dari beberapa jenis yang menunjukkan pertumbuhan relatif cepat di lokasi  lain.  Oleh karena itu penting  untuk menguji pertumbuhan species ini pada tanah Kalimantan.  Pertumbuhan tanaman S. roxburghii usia 6 tahun pada lahan alang-alang di Semoi, Kalimantan telah diukur.  Hasilnya menunjukkan  persen hidup yang tinggi yaitu 96.84%.  Pohon umumnya kekar dengan perbangingan tinggi  dan diameter  sebesar 88,45.  Namun demikian terdapat rentang perbedaan yang besar pada pola sebaran diameter dan tinggi pohon seperti yang ditunjukkan oleh kurva sebaran diameter yang berbentuk genta datar.  Demikian juga pertumbuhan diameter dan tinggi bervariasi diantara pohon dalam tegakan.  Pertumbuhan diameter rata-rata adalah 0.85 cm/tahun, sedangkan untuk pertumbuhan tinggi adalah 0.71 m/tahun.  Kedua angka tersebut serupa dengan pertumbuhan rata-rata species Dipterokarpa.   
PERTUMBUHAM TANAMAN Shorea leprosula Miq. DI PT INHUTANI I LONG NAH, KALIMANTAN TIMUR. Ayi Suyana; Abdurachman Abdurachman
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2008.2.1.25-36

Abstract

Meranti tembaga (Shorea leprosula Miq) adalah satu dari beberapa species dipterokarpa yang saat ini sedang dikembangkan dalam skala industri.  Ada dua cara pengadaan bibit yang umum digunakan untuk membangun hutan tanaman dipterokarpa yaitu stek pucuk dan cabutan.  Penelitian ini menguji pertumbuhan meranti tembaga  dari dua cara tersebut.  Dua belas plot berukuran 50m x 50m dibuat di areal PT Inhutani I, Long Nah, Kalimantan Timur.  Parameter yang diukur adalah diameter batang dan tinggi.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman dari stek pucuk dan cabutan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata di lapangan.
EFEKTIFITAS PENYARADAN DALAM PENERAPAN REDUCED IMPACT LOGGING PADA TEGAKAN DIPTEROKARPA DI HPH GUNUNG MERANTI, KALIMANTAN TENGAH Wahyudi Wahyudi; Sudin Panjaitan
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2008.2.1.83-92

Abstract

Pengelolaan hutan alam secara lestari memerlukan sistem pembalakan yang mengkombinasikan efektifitas tinggi dan dampak ekologi yang rendah khususnya terhadap tegakan tinggal. Sistem pembalakan yang didisain untuk memenuhi persyaratan tersebut adalah Reduced Impact Logging (RIL). Penyaradan merupakan bagian dari kegiatan pembalakan yang paling berpotensi menimbulkan kerusakan tegakan tinggal, tetapi juga berpengaruh terhadap efisiensi finansial dari sistem secara keseluruhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas dari penyaradan RIL pada pembalakan hutan dipterokarpa. Dengan menggunakan empat ulangan di areal PT Gunung Meranti Kalimantan Tengah, penelitian ini menunjukkan bahwa penyaradan RIL lebih efisien daripada penyaradan secara konvensional. Parameter yang diukur meliputi produktifitas (daya jelahah, volume kayu yang disarad) dan biaya (waktu dan volume BBM yang dipakai).
ANALISIS FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN DIPTEROKARPA: STUDI KASUS DI PT INHUTANI II PULAU LAUT PROP. KALIMANTAN SELATAN PULAU LAUT PROPINSI KALIMANTAN SELATAN Dhany Yuniati; Lydia Suastati
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2008.2.1.37-48

Abstract

Pembangunan hutan tanaman dipterokarpa berkaitan dengan investasi dalam jangka waktu pengusahaan yang panjang. Diperlukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui manfaat dan analisis sensitivitas dari investasi untuk mengetahui kepekaan pembangunan hutan tanaman dipterokarpa terhadap berbagai kemungkinan dan perubahan pada arus biaya atau pendapatan. Mengacu kepada suku bunga sebesar 6.78%, penelitian ini menganalisa kelayakan dari pembangunan hutan tanaman ditperokarpa oleh PT. Inhutani II di Kalimantan Selatan. Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa pembangunan hutan tanaman dipterokarpa di PT Inhutani II layak untuk dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai NPV  Rp. 14.976.282, BCR 1,91 dan IRR 6,84 untuk pembangunan hutan tanaman dipterokarpa dengan bibit cabutan sedangkan untuk bibit yang berasal dari stek hasil koffco dengan nilai NPV Rp. 2.377.782, BCR 1,08 dan IRR 6,79. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa pembangunan hutan tanaman dipterokarpa dengan bibit cabutan  cukup kuat untuk menghadapi perubahan yang terjadi dalam hal ini penurunan hasil sebesar 30% dan kenaikan suku bunga sampai 8%. Bertolakbelakang, sistem KOFFCO tidak cukup kuat menghadapi perubahan yang sama.
PENGARUH SUNGKUP SETENGAH LINGKARAN DAN SUNGKUP KOTAK TERHADAP PERSENTASE HIDUP CABUTAN ANAKAN ALAM JENIS DIPTEROCARPACEAE DI PERSEMAIAN Rayan Rayan
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2008.2.1.49-58

Abstract

Penyiapan  bibit  adalah hal penting dalam pembangunan hutan tanaman  Dipterokarpa. Pendekatan umum yang telah diaplikasikan secara luas adalah mengkondisikan cabutan anakan alam ke dalam kondisi persemaian. Ada dua jenis sungkup yang biasa digunakan di persemaian, yaitu setengah lingkaran dan kotak. Penelitian ini menguji 2 jenis sungkup terhadap tingkat hidup Shorea agamii P. S. Asthon, Shorea macroptera Dyer, Shorea baccariana Burck dan Shorea sp.  Percobaan ini dilaksanakan di persemaian Balai Besar Penelitian Dipterokarpa, Samarinda dengan menggunakan rancangan acak kelompok dengan ulangan masing-masing 50 cabutan anakan.  Secara umum (rata-rata  4 species tersebut) sungkup setengah lingkaran memberikan tingkat hidup bibit  yang jauh lebih tinggi  (93.96%), bila dibandingkan dengan sungkup kotak (61.25%).  Secara statistik hanya tingkat hidup  Shorea agamii P.S. Asthon dalam dua jenis sungkup tidak memberikan hasil yang berbeda nyata (berturut-turut 96,96 dan 85,65%).  Species lainnya perbedaannya nyata atau sangat nyata yaitu Shorea macroptera Dyer (93,03% dan 59,60%), Shorea baccariana Burck (89,71% dan 24,75%) dan Shorea sp (93,5 dan 59,60%).  Persentas hidup bibit yang lebih tinggi pada sungkup setengah lingkaran berhubungan dengan kelembaban dalam sungkup yang lebih tinggi.  Sungkup setengah lingkaran juga lebih praktis dan lebih ekonomis.

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2008 2008


Filter By Issues
All Issue Vol 8, No 2 (2022): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 3, No 2 (2017): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 3, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 2 (2016): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 8, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 7, No 2 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 6, No 2 (2012): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 6, No 1 (2012): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 5, No 2 (2011): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 5, No 1 (2011): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 4, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 3, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2007): Jurnal Penelitian Dipterokarpa More Issue